Masyarakat Kenya merayakan Paskah dengan berkabung secara nasional untuk mengenang ratusan mahasiswa Garissa University College yang dibunuh oleh gerombolan teroris yang berafiliasi dengan Al-Qaeda yaitu kelompok Al-Shabab pada Kamis (2/4/2015).
Salah satu tempat ibadah yang dijaga ketat adalah Gereja Our Lady of Consolation, tempat dimana para teroris pernah menyerang secara membabi-buta rumah ibadah itu beberapa tahun lalu dan mengakibatkan belasan jemaat tewas. Para gembala jemaat yang memimpin Ibadah hari Minggu (5/4) menyerukan agar jemaat menahan diri dan terus merefleksikan kematian dan kebangkitan Yesus Kristus. Setelahnya warga berkumpul untuk mengadakan upacara-upacara perkabungan. “Semua berkabung bersama-sama, dan berdoa bersama untuk Republik kita Kenya, saya menyatakan tiga hari berkabung nasional dan selama itu pula bendera Kenya akan dinaikkan setengah tiang," kata Presiden Kenya Uhuru Kenyatta, Sabtu (4/4).
Semntara itu pemimpin Katolik dunia, Paus Fransiskus telah meyampaikan dukacita mendalam dan kembali menyebut para korban kekejaman tersebut sebagai martir dan meminta umat untuk mendoakan keluarga dan juga situasi di Kenya. "Kami meminta Yesus, pemenang atas kematian, untuk meringankan penderitaan banyak saudara-saudara kita yang dianiaya karena nama-Nya, dan semua orang yang menderita ketidakadilan sebagai akibat dari konflik dan kekerasan yang sedang berlangsung, dan di banyak tempat," katanya.
Seperti diketahui, gerombolan teroris bersenjata yang mengenakan penutup wajah menyerbu
kampus Garissa University College di wilayah timur laut Kenya, Kamis (2/4). Bunyi ledakan dan serentetan tembakan
terdengar dari dalam gedung kampus antara kelompok tersebut dengan pasukan
keamanan Kenya selama beberapa jam terakhir.
Gerombolan itu
menewaskan dua penjaga
kampus saat merangsek masuk ke dalam gedung. Terdapat kemungkinan bahwa
kelompok ini menyandera para mahasiswa atau siapapun yang berada di dalam
gedung. Diduga mereka masuk ke universitas ketika para mahasiswa tengah
melakukan doa pagi. Para penyerang dilaporkan menyamar sebagai jamaah di
kalangan mahasiswa, dan kemudian mulai menembaki mereka dengan membabi
buta.